Saturday 1 March 2014

Resensi buku Keliling Amerika Ala Au Pair – Ariane O. Putri

“The world is a book, those who don’t travel only read one page” – Santo Agustinus

Pepatah itulah yang membuat Ariane, seorang mahasiswi lulusan psycology, membulatkan tekadnya untuk mencoba peruntunganya di Negri Paman Sam. Pada tahun 2009, Ariane yang sedang mengerjakan skripsi mulai berpikir tentang apa yang akan dilakukanya setelah kelulusan nanti. Sedangkan kebanyakan mahasiswa setelah kelulusan, langsung berkerja mengejar uang tanpa menikmati kehidupan dan Ariane tidak ingin mengalami hal tersebut. “You gotta live the life to the fullest” bagi Ariane live the life to the fullest adalah berkeliling dunia. 

Perjalanan Ariane dimulai. Suatu hari Ariane mendapat email tentang suatu profesi bernama Au Pair. Au Pair bertugas sebagai pengasuh anak dari satu keluarga dimana keluarga tersebut harus menyediakan tempat tingal, makanan, uang saku, dan tunjangan sekolah pada si au pair. Yang membedakan au pair dengan nanny dan babysitter adalah program sebagai pertukaran budaya serta si au pair mendapatkan pendidikan terakreditasi. Keluarga yang merekrut au pair juga harus memperlakukan au pair sebagai bagian dari keluarganya. Kata au pair sendiri beraal dari Prancis yang berarti equal atau setara. Program ini berasal dari Eropa.

Profesi ini tidak berkarier, tetapi Ariane tetap memilih sebagai awal sebelum memasuki dunia kerja yang sebenarnya. Dimulai dari memasukan data profil Ariane ke situs – situs pendaftaran au pair. Disana Ariane memasukan ingin menetap dimana, memberikan kriteria – kriteria yang diingkannya. Setelah mengisi Ariane hanya menunggu balasan e-mail dari host family yang ingin merekrutnya. Perlu berhati – hati ketika mendapatkan balasan dari host family, alamat e-mail harus jelas dan resmi dengan domain tempat kerja yang bersangkutan demi alasan keamanan. Tidak menutup kemungkinan menjadi celah kesempatan para bandit – bandit human trafficking mencari koraban dengan iming – imimg gaji besar.

  Pada akhirnya Ariane telah menetapkan keputusanya untuk menjadi au pair di Amerika. Setelah mengikuti beberapa wawancara dengan host family. Ariane diterima oleh host family  yang berdarah Pakistani-American. Beruntung Ariane mendapatkan house dad yang berprofesi sebagai dokter bedah anak di Johns Hopkins Hospital dan juga sebagai asisten profesor di John Hopkins University. Dokter tersebut bernama Dokter Fizan. Beliau merupakan dokter bedah nak terbaik di sana. 

Petualang Ariane dimulai dengan berbekal kepercayaan diri dan doa dari orang tua. Ariane yang baru pertama kalinya pergi ke luar negri sendiri, berangkat ke Amerika. Pesawat pertama yang ditumpangi akan transit di Hong Kong dengan perjalanan tempuh 4 jam. Setelah sampai di Hong Kong, Ariane yang masih awam harus sering bertanya pada petugas. Ternyata pesawat Delta Airlaines yang akan berangkat ke Detroit,AS akan berangkat 3 jam lagi. Waktu tempuh pesawat dari HK ke AS selama 14 jam, dalam pesawat diberikan built-in TV di setiap kursi penumpang, untuk membunuh kebosanan. Selain itu juga disediakan makanan 3 kali dan snack 2 kali. Sesampainya Ariane di Amerika, ia harus menaiki pesawat lagi menuju Tampa, Florida. Karena layover time hanya 1,5 jam dan Ariane harus melewati custom clereance di bagian imigrasi, yang antrianya panjang. Ariane tertingal pesawat menuju Tampa, tetapi dengan cepat ia memberi kabar Mark selaku CEO dari Expet Au Pair yang akan mengurus keberangkatan dan segela keperluan Ariane di Amerika. Ternyata tiket pesawat disana dapat ditukar dengan jadwal berikutnya. Ariane akirnya bisa meng-catch pesawat berikutnya, tetapi harus menunggu 6 jam lagi di Detroit. Ariana yang sedang berpuasa tidak makan nasi selama 8 bulan untuk mendpatkan mimpinya terbang ke AS akhirnya mengakhiri puasanya. Ariana mempercayai bahwa “if i want something big, i gotta do sacrifice”. Sesampainya Ariane di Tampa, ia dijemput oleh wanita bernama Kathy. Ariane dan peserta au pair lainya dibawa ke hotel cantik di St. Petersburg, Florida bernama Ponche de Leon. 

Sebelum Ariane menemui host family, semua peserta au pair harus melalui masa training. Bagimana memperlakukan anak yang berusia 0 – 5 tahun, bagaimana melihat nutrition fact dalam sebuah makanan dan lainya. Setelah melalui training, Ariane segera terbang menuju Tampa, Atlanta, Baltimore. Sesampainya Ariene di Baltimore, Ariane segera mengontak Doter Fauzan, ternayata Dokter Fauzan yang seorang frequent flyer juga berada di Washington International Marshall Thurgood Airport. Beliau meminta Ariane menunggu sampai Dokter Fauzan keluar. Kurang lebih 15 menit Ariane menunggu, akhirnya host dad datang juga, dan langsung menyambut Ariane  dengan ramah. Segera mereka menuju mobil yang akan membawa mereka ke rumah. Terkejutnya Ariane ternyata mobil tersebut adalah limousine walaupun hanya rental, tetapi baru pertama kalinya Ariane menaiki mobil mewah tersebut. 

Sesampainya di rumah, Ariane disambut oleh istri dari Dokter Fauzan yaitu Lubna. Beliau juga merupakan seorang dokter. Ariana mendapatkan kamar mungil dengan dekorasi dan tatanan ruangan yang pas dan nyaman. Nampaknya host family telah mempersiapkan kedatnganya. Keesokan harinya ketika Ariane bangun dan mendapati adanya ibu Dokter Fizan di ruang makan. Ibu Faizan datang untuk ikut mengawasi cucunya yang baru lahir. Beliau mengajak Ariane untuk sarapan bersama, ternyata Dokter Fizan dan Istrinya tidak bisabergabung untuk sarapan bersama dikarenakan jadwal mereka masing – masing. Mereka makan dan membuat sarapan sendiri. Ibu Dokter Fizan yang masih melestarikan budaya Pakistan selalu mengenakan pakaian sejenis sari yang terdiri dari 3 bagian dari atasan lengan panjang  berhias bordiran yang disebut khamis, bawahan yang disebut shalwar dan juga selendang. Dalam bahasa Urdu yaitu bahasa nasional Pakistan, pangilan dado untuk  nenek dan dada untuk kakek. Keluarga host dad mengunakan bahasa Urdu dalam percakapan sehari – hari sedangkan keluarga host mom mengunakan bahasa Pastho. Nampaknya walaupun mereka bersal dari negara yang sama tetapi mereka berasal dari suku yang berbeda. Dado segera menyuguhkan roti dan teh pada Ariane, Dado menjelaskan bahwa kehidupan di Pakistan mendapatkan pengaruh dari British, tampak dari cara mereka minum teh mengunakan krimer/susu. Pada masa dahulu Pakistan dan India merupakan bekas jajahan Inggris.

Anak dari Host Family Ariane, bernama Hamza. Dokter Fauzan meminta Ariane untuk juga mengajarkan Hamza Bahasa Indonesia, Dokter Fauzan mempercayai bahwa menguasai banyak bahasa adalah aset yang penting. Seperti dirinya yang dari kecil sudah diajarkan bilingual ( Urdue-English). Di Amerika kaum minoritas terbesar adalah Hispanic ( Amerika latin/ Spanish) jadi arti kata lain adalah bahasa kedua di Amerika adalah Spanyol. Jika melihat produk/jasa/iklan/website/poster/ media lainya para pembuat iklan cnederung memberikan translation dalam bahasa Spanish.

Host Family berasal dari negara Pakistan, otomatis mereka beragama Islam, tetapi Ariane tidak keberatan akan hal itu, merekapun juga tidak keberatan dengan agama Ariane yang berbeda dengan mereka. Kakek dan nenek Hamza yang tinggal di Philadelphia menceritakan awal kisah mereka hijrah ke USA. Pada tahun 1960 Amerika sedang memebutuhkan orang –orang yang berprofesi sebagi dokter. Saat itu mereka yang baru memiliki 1 anak yautu Fauzan, pindah ke America dan menjalani hidup pas – pasan di New York sampai akhirnya mereka bisa membeli rumah di Philadelphia. 

Di Amerika untuk menjadi seorang dokter dibutuhkan waktu yang lebih lama, karena wajib menyelesaikan college terlebih dahulu, lalu baru boleh mendaftar di medical school, lalu mengambil residency program ( spesialis ). Waktu yang dibutuhkan lebih lama dibanding di Indonesia, dan harganyapun jauh lebih mahal. 

Dokter Fauzan dan Istrinya harus terbang ke Los Angles untuk praktik disana beberapa hari. Ariane akhirnya dititipkan di rumah dado di Philadelphia. Rumah dado berada diarea Newtown Square sekitar 15 menit dari kota Philadelphia, Pennsylvania. Disepanjang jalan pemandangan yang dilihat adalah hutan, sangat indah dengan warna daun yang berwarna – warni, karena bulan Oktober merupakan musim gugur, maka daun maple berubah warna dari hijau menuju kuning, oranye, lalu coklat. Hanya pohon yang evergreen yaitu pine tree dan cemara yang selalu hijau. Bentuknya yang tinggi dan rindang mempercantik pemandangan sekitar. Selama tinggal disana Ariane diajarkan memasak masakan Pakistan yang hampir sama dengan India. Bahan – bahn dasarnya mengunakan rempah – rempah, daging, yogurt/keju.

Liburan Thanksgiving kali ini diawali dengan perjalan Adiane dan host family ke New York. Mereka berkendara dari Baltimore selama kurang lebih 4 jam ke Ramada Hotel, Newark, New Jersey. Dan keesokan harinya Ariane berjalan – jalan mengitari Manhattan, mobil diparkir di area dekat Staten Islnd Ferry. Untuk menuju Manhattan harus menyebrang kapal feri, dan ternyata kapal tersebut tidak dipungut biaya sepanjang hari. Dari kapal dapat dilihat patung kebebasan yaitu Liberty Statue. Sayangnya Ariane tidak dapat kesana karena cuaca yang dingin dan angin yang kencang.

Thanksgiving selalu dirayakan oleh semua masyarakat di Amerika, bisanya jatuh pada hari Kamis dapat dijadikan long weekend, semua tiket pesawat fully booked. Ariane dan host family merayakan dikediaman orang tua host mom yaitu keluarga Qazi. Kota Chicago sangatlah dingin apalagi posisinya terletak dibagian Illonis secara umum berada di midwest sehingga udaranya lebih dingin dari pada Baltimore. Juga Chicago terkenal dengan windy city. Ternyata keluarga Qazi ini memiliki rumah di kawasan elite. Kamar yang dimiliki ada 10 dan masing – masing memiliki kamar mandi di dalam. Ariane mendapatkan kamar sendiri selama 3 hari menginap dengan interior kamar yang bagus bak kamar barbie. Ariane tidak takjub dengan kemewahan yang dimiliki namun takjub karena awalnya keluarga ini merupakan imigran dari Pakistan yang mengadu nasip menjadi dokter di Amerika sampai akhirnya sukses dan ternama. Amerika memang menjunjung tinggi kesempatan yang equal walaupun sampai sekarang praktiknya tidak sempurna, tetapi American dream berlaku bagi semua imigran sebelum tahun 2000. Sipa yang berkerja keras menuaikan hasil yang memuaskan.

Disaat Thanksgiving dilengkapi dengan discount besar hingga 70%. Karena thanksgiving dirayakan di hari Kamis maka pada hari Jumat diadakanya Black Friday. Saat tengah malam orang – orang akan mengantri di depan toko untuk mendapatkan barang yang sudah mereka incar. Disebut Black Friday karena omzet da keuntungn yang didapat pada hari itu akan mencapai angka yang fantastis. Dalam akuntansi bisnis kode merah menyatakan kerugian, sebaliknya hitam menunjukan keuntungan.

Ariane akan menjadi au pair selama 2 tahun bersama host family. Ariane yang masih bercita – cita melihat Patung Liberty, akhirnya mendapatkan kesempatan untuk pergi ke New York lagi sebelum Natal tiba. Ariane dan temanya berkeliling di New York melihat tempat – tempat yang terkenal seperti Wall Street, Rockfeller Center yang terkenal dengan pohon natalnya, Center Point dan juga saya melihat Times Square dan Trump Tower. Ariane dan temanya menginap di Pink Hostel, 1 kamar diisi oleh 6 orang wanita. Karena Hostel lebih murah dibandingkan Hotel. Ariane akhirnya mengunjungi Liberty cukup membayar $12.

Belum 6 buln menjadi au pair, Ariane mendapatkan liburan selama 2 minggu. Ariane memutuskan untuk pergi liburan ke California. Setelah mengurus tiket Ariane lanjut mencari tempat penginapan, Ariane membuka Couchsurfing merupakan website berkumpulnya semua traveler dari seluruh penjuru dunia yang menyediakan dan mencari tempat tingal secara gratis. Pilihan jatuh pada wanita korea yang tinggal di Cochran Avenue. California memiliki destinasi pariwisata yang bagus seperti Hollywood, Universal Studio, Madame Tussauds Museum,Red Flags Theme Park, Wax Museum, Long Beach dan masi ada 40 lainya. Ariane membeli paket wisata berupa kartu Go Los Angles Card. Ada pilihan hari 3, 5, 7 hari paket tour. Semakin banyak hari yang diambil maka banyak pula destinasi yang dapat dikunjungi. 

Mengikuti program au pair sangat memberikan pengalaman yang tak terlupakan bagi Ariane, selain menambah pengalaman, dan teman. Ariane menikmati perkerjaanya sambil berlibur. Setelah 2 tahun Ariane berkerja, tak teras saatnya Ariane untuk pulang. Saying goodbye is always the hardestt, sayangnya Ariane tidak dapat berpamitan secara langsung dengan Hamza dan Lubna karena flight jam 3 pagi. Tetapi mereka berjanji untuk mengunjungi Ariane di Indonesia ketika Ariane menikah. Dan mereka menepati janjinya setelah 4 bulan Ariane pulang ke Indonesia. 

No comments:

Post a Comment